Posted by : Devva jay
Jumat, 20 Februari 2015
Motif Hias
di Indonesia sangat beragam, macam-macam motif hias ini sering kita temukan
pada karya seni kriya yang di ciptakan di wilayah nusantara, baik penggunaan
motif hias yang sudah terpengaruh dengan gaya modern, ataupun seni
kriya yang masih mempertahankan gaya
motif hias lama atau klasik. Namun motif yang kami bagikan kali ini adalah
motif klasik tradisional yang berkembang pada zaman islam di Jawa yang telah
yang mencapai puncak kejayaan pada zaman kerajaan-kerajaan besar di Jawa dan
sekitarnya.
1. Motif Ragam Hias Padjajaran
Motif
Ragam Hias Padjajaran berbentuk ukel dari daun pakis dan bentuknya serba
bulat.Bentuk ukel seperti tanda koma, Angkupnya berbentuk bulat juga.Ujung ukel
berbentuk patran miring.Motif Ragam Hias Padjajaran ini dapat kita lihat di
Makam Sunan Gunung Jati, pada suatu bangsal dari kayu berukir.Menurut sejarah,
semula adalah bangsal Taruma Negara dari Kerajaan Prabu Siliwangi.Makam
tersebut terletak di dekat sungai Citarum di daerah Cirebon.Motif Ragam Hias
Padjajaran diketemukan oleh Dinas Purbakala.
Pokok
dan Dasar Motif Padjajaran:
1.
Bagian Pokok: Cembung,semua daun
atau bunga besar maupun kecil, dibuat cembung (bulat).
2.
Angkup: Mempunyai beberapa angkup
antara lain angkup besar, angkup tanggung, angkup kecil.
3.
Culo: Ialah unsure yang penting
untuk mengetahui bahwa itulah motif Padjajaran. Lain dari pada itu tanda culo,
berbentuk cembung. Motif Padjajaran besar maupun tanggung dan kecil ada
culonya.
4.
Endong: Ialah sehelai daun yang
selalu digendong oleh daundaun pokok (daun yang besar) atau suatu trubusan yang
selalu tumbuh di belakang daun pokok.
5.
Simbar: Ialah sehelai daun tambahan
yang tumbuhnya pada daun besar atau daun pokok yang berdampingan dengan tangkai
angkup.
6.
Benangan: Yaitu gagang yang terletak
di bagian muka ulir atau daun melingkar menuju ulir atau hiasan yang berwujud
seperti benang di bagian sehelai daun. Bentuk ini menambah manis dan cantiknya
motif tersebut.
7.
Pecahan: Ialah garis penghias daun;
bentuk pecahan ini diselaraskan dengan motif tersebut.
2. Motif Ragam Hias Majapahit
Ragam Hias
Majapahit berbentuk bulatan dan krawingan (cekung) dan terdiri dari ujung ukel
dan daun-daun waru maupun pakis.Dalam raga mini patran (daun) diwujudkan
krawing (cekung).Bentuk Ragam Hias Majapahit untuk ragam pokok berbentuk
seperti tanda Tanya.
Ragam-ragam ini terdapat pada bekas-bekas potongan batu yang hanya sedikit, dan pada potongan kayu yang sudah rusak.Ragam Majapahit diketemukan oleh Ir. H. Maclaine Pont, seorang pejabat pada Museum Trowulan dan juga dapat dilihat pada tiang Pendopo Masjid Demak.Menurut sejarah tiang tersebut merupakan benda peninggalan kerajaan Majapahit yang dibawa oleh R. patah.
Ragam-ragam ini terdapat pada bekas-bekas potongan batu yang hanya sedikit, dan pada potongan kayu yang sudah rusak.Ragam Majapahit diketemukan oleh Ir. H. Maclaine Pont, seorang pejabat pada Museum Trowulan dan juga dapat dilihat pada tiang Pendopo Masjid Demak.Menurut sejarah tiang tersebut merupakan benda peninggalan kerajaan Majapahit yang dibawa oleh R. patah.
Pokok dan dasar Motif Hias Majapahit
â Bagian Pokok: Campuran cekung dan cembung, memang daun ini
merupakan campuran yang sesuai untuk menambah baiknya motif tersebut.
â Angkup: Ragam ini mempunyai dua angkup, yang berbentuk
cembung dan cekung memakai ulir menelungkup pada sehelai daun pokok.
â Jambul: Ragam ini mempunyai jambul susun dan jambul satu.
Ini suatu tanda untuk daun-daun pokok atau daun lainnya.Jambul yang satu untuk
daun yang tanggung.Adapun daun kecil tidak memerlukan jambul.Jambul ini
diletakkan di muka bagian atas ulir pada penghabisan ulir angkup.
â Trubusan: (daun semi) ialah sehelai daun yang terletak di
atas angkup atau daun besar berebentuk bulat atau cekung (krawing), baik daun
tanggung maupun daun kecil.
â Benangan: Sama dengan motif Padjajaran, hanya bedanya jika
motif Majapahit mempunyai benangan rangkap. Benangan rangkap ini dipakai pada
daun yang besar dan benangan satu pada daun yang tanggung.
â Simbar: Ialah sehelai daun tambahan yang tumbuh pada daun
besar atau pokok daun pada bagian bawah, berdampingan dengan tangkai angkup.
Pecahan: Sama dengan pada motif Padjajaran
Pecahan: Sama dengan pada motif Padjajaran
3. Motif Ragam Hias Bali
Motif Ragam Hias Bali hampir sama dengan Ragam Hias
Padjajaran. Bedanya terletak pada ujung ukel dihiasi dengan sehelai patran.Jadi
ukel besar kecil, bulat cekung, pecahan, ada pula daun yang runcing. Ragam Hias
bali oleh orang Bali dinamakan Patre Punggel. Ragam ini dapat dilihat di pura
sebagai hiasan pintu masuk.Juga di kota-kota besar yang sudah banyak didapatkan
patung-patung Bali Klasik.
Pokok dan Dasar Motif Hias Bali
1)
Bagian Pokok: Campuran cekung dan
cembung serta campuran daun ini. Daun yang besar atau tanggung, sehingga bentuk
daun dapat dimengerti jika daun inilah motif Bali.
2)
Pokok Daun: Sehelai daun yang tumbuh
di tengah-tengah daun yang lain dan tertutup oleh angkup. Batas dan garis pokok
berimpitan dengan ulir muka (benangan) dan masuk pada angkupnya.
3)
Angkup: Sehelai daun yang menutup
daun pokok dari pangkal hingga sampai pada ujungnya dan pada ujung daun
berulir.
4)
Benangan: Berbentuk cekung melingkar
di bagian muka ulir dan tidak berimpitan dengan garis-garis yang lain dan
ujungnya berulir.
5)
Sunggar: Sehelai daun yang tumbuh
membalik di muka berbentuk krawingan, yang pokoknya tumbuh dari ulir bagian
benang.
6)
Endong: Sehelai daun yang selalu
tumbuh di belakang (punggung) daun pokok, yang berbentuk cempalukan berulir
atau daun punggel.
7)
Trubusan: (daun semi) sehelai daun
tambahan yang tumbuh di bagian ujung atau atas daun pokok, menambah indahnya
daun itu.
8)
Simbar: Ialah sehelai daun tambahan
yang tumbuh pada daun besar atau daun pokok di bagian bawah berdampingan
tangkai angkup.
9)
Pecahan: Suatu cawenan yang
memisahkan daun pokok, terletk ditengah-tengah daun itu, menambah baiknya dari
suatu motif Bali.
4. Motif Ragam Hias Mataram
Motif
Ragam Hias Mataram ini jika ditinjau dari
gambar ukir, berasal dari pakaian wayang purwa. Bentuknya mirip bentuk
cawenan-cawenan pakaian wayang.Dapat disimpulkan, ukiran motif Mataram
mengambil motif ukiran wayang purwa Kerajaan Demak.Sebab, menurut sejarah, pada
waktu kerajaan Demak mengalami masa surut, wayang dibawa pula ke Kerajaan
MataramDalam pelaksanaannya, motif Mataram berbentuk krawingan.
Pokok dan Dasar Motif Hias Mataram:
1)
Pokok: Berbentuk krawingan atau
cekung, bagian muka dan atas memakai ulir atau polos dan ada pula daun yang
menelungkup. Daun-daun motif Mataram ini sifatnya menyerupai daun alam (bentuk
digubah) dan cara hidupnya bergerombolan, sehingga menggambarkan kesatuan atau
menuju kesatu titik (memusat).
2)
Benangan: Yang mempunyai bentuk
benangan timbul dan cawen melingkar menuju ulir muka.
3)
Trubusan: Yang mempunyai bentuk
sehelai daun kagok, bengkok tumbuh di bagian muka benangan dan berhenti di
bawah ulir.
4)
Pecahan: Ialah suatu pecahan yang
bentuknya menyobek sehelai daun memakai irama berbelok-belok, sehingga menambah
baiknya masing-masing daun.
5. Motif Ragam Hias Jepara
Ragam Hias
Jepara dikembangkan oleh penduduk Jepara, untuk perhiasan rumah tangga di daerah
itu sendiri.Juga diperdagangkan ke Luar Negeri. Ragam Hias tersebut dari ukiran
kayu; misalnya alat- alat rumah tangga, berupa: peti untuk penyimpan
barangbarang perhiasan, kursi tamu, almari, buffet, toilet, dan lainlainnya. Untuk
keperluan rumah tangga misalnya; gebyok yakni dinding antara serambi rumah
dengan ruang peringgitan (ruang muka) yang sering terdapat di sekitar daerah
Jepara dan kudus. Peninggalan pertama yang masih dapat kita lihat yaitu hiasan
ornamen yang ada di Makam Mantingan Jepara.
Pokok dan Dasar Motif Jepara
1)
Pokok: Dari motif ini garis besarnya
berbentuk prisma segi tiga yang melingkar-lingkar dan dari penghabisan
lingkaran berpecah- pecah menjadi beberapa helai daun, menuju kelingkaran
gagang atau pokok dan bercawenan seirama dengan ragam tersebut.
2)
Buah: Ialah di bagian sudut
pertemuan lingkaran, berbentuk bulatan kecil- kecil bersusun seperti buah wuni.
3)
Pecahan: Ialah cawenan yang berbentuk
sinar dari sehelai daun
4)
Lemahan: Ialah dasar, dalam
prakteknya tidak begitu dalam ada juga yang di krawang atau tembus.
6. Motif Ragam Hias Madura
Motif
Ragam Hias Madura mempunyai corak tersendiri, bentuk daunnya agak kaku,
biasanya untuk perhiasan kamar.Ragam Hias ini diwujudkan berlapis (bersusun),
daun yang ada di sebelah muka terpisah dengan daun di belakang, tetapi merupakan
satu rangkaian.
Motif Madura diciptakan oleh para ahli seni di daerah itu sendiri tidak mencontoh motif dari daerah lain. Motif tersebut tidak diperdagangkan seperti ukiran dari daerah Jepara yang merupakan sumber penghidupan rakyat setempat.Akan tetapi juga kita dapat melihat motif ukiran Madura itu di gedung Museum Pusat (museum Gajah) Jakarta.Sebagai contoh diberikan perhiasan melengkung di atas sebuah pintu yang pada waktu itu dipersembahkan penduduk kepada Gubernur Jenderal De Greaff dan sesudah beliau kembali ke Negeri Belanda, barang tersebut dipasang pada salah sebuah pintu di museum.
Motif Madura diciptakan oleh para ahli seni di daerah itu sendiri tidak mencontoh motif dari daerah lain. Motif tersebut tidak diperdagangkan seperti ukiran dari daerah Jepara yang merupakan sumber penghidupan rakyat setempat.Akan tetapi juga kita dapat melihat motif ukiran Madura itu di gedung Museum Pusat (museum Gajah) Jakarta.Sebagai contoh diberikan perhiasan melengkung di atas sebuah pintu yang pada waktu itu dipersembahkan penduduk kepada Gubernur Jenderal De Greaff dan sesudah beliau kembali ke Negeri Belanda, barang tersebut dipasang pada salah sebuah pintu di museum.
Pokok dan Dasar Ragam Motif Hias
Madura
1)
Pokok: Raga mini mengubah patran
yang diselingi dengan isian (isen-I seni) bunga, buah, daunnya melengkung
membentuk tanda Tanya dan bentuk daunnya cekung (krawing).
2)
Pecahan: Tiga baris panjang pendek
dari benangan menuju ujung daun motif.
3)
Benangan: Timbul dari pangkal daun
menuju ke ulir daun tersebut.
7. Motif Ragam Hias Cirebon
Di kota Cirebon dan sekitarnya
terdapat seni ukir kayu yang mempunyai gaya tersendiri. Pada dasarnya motif
ragam hias tersebut dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu ragam hias awan,
bukit batu karang dan motif tumbuh- tumbuhan.Masing-masing mempunyai ciri khas
yang menunjukkan perbedaan antara yang satu dengan lainnya.
Ragam Hias awan dapat diketahui, dengan adanya garis sudut-menyudut yang terpajang dari pilin berupa belah ketupat yang letaknya mendatar. Pada rangkaian belah ketupat tidak terdapat rangkaian tanaman, dan dapat juga diketahui dari cara meletakkannya.
Ragam Hias batu karang dapat diketahui dengan adanya batu karang yang menjalar pada pilin- pilin seperti belah ketupat yang berantai, bagian pinggir bergelombang dan sudutnya dibulatkan.Garis sudut menyudut yang terpajang dari belah ketupat berdiri tegak.
Adapun Ragam Hias Cirebon yang bentuknya merupakan gubahan bentuk tumbuh-tumbuhan mempunyai bentuk hampir sama dengan ragam hias Padjajaran. Begitu pula bentuk timbul cekungnya menunjukkan perbedaan yang jelas sekali.Gambar orang dan binatang menurut ragam hias Cirebon sering dilukiskan dalam bentuk ragam hias tanaman.Hal ini dilakukan berhubung dengan adanya larangan dalam agama Islam untuk melukiskan manusia dan binatang.
Selain ragam Cirebon yang diwujudkan dalam bentuk sulur-suluran kembang bakung, banyak juga ragam hias lain dalam bentuk Pohon Hayat yang mempunyai arti simbolik, bahwa: Pembagian dunia itu serba dua yang menyatakan dunia atas (burung enggang), dunia bawah (ulur), serta keesaan Tuhan digambarkan dengan pohon Hayat.
Ragam Hias awan dapat diketahui, dengan adanya garis sudut-menyudut yang terpajang dari pilin berupa belah ketupat yang letaknya mendatar. Pada rangkaian belah ketupat tidak terdapat rangkaian tanaman, dan dapat juga diketahui dari cara meletakkannya.
Ragam Hias batu karang dapat diketahui dengan adanya batu karang yang menjalar pada pilin- pilin seperti belah ketupat yang berantai, bagian pinggir bergelombang dan sudutnya dibulatkan.Garis sudut menyudut yang terpajang dari belah ketupat berdiri tegak.
Adapun Ragam Hias Cirebon yang bentuknya merupakan gubahan bentuk tumbuh-tumbuhan mempunyai bentuk hampir sama dengan ragam hias Padjajaran. Begitu pula bentuk timbul cekungnya menunjukkan perbedaan yang jelas sekali.Gambar orang dan binatang menurut ragam hias Cirebon sering dilukiskan dalam bentuk ragam hias tanaman.Hal ini dilakukan berhubung dengan adanya larangan dalam agama Islam untuk melukiskan manusia dan binatang.
Selain ragam Cirebon yang diwujudkan dalam bentuk sulur-suluran kembang bakung, banyak juga ragam hias lain dalam bentuk Pohon Hayat yang mempunyai arti simbolik, bahwa: Pembagian dunia itu serba dua yang menyatakan dunia atas (burung enggang), dunia bawah (ulur), serta keesaan Tuhan digambarkan dengan pohon Hayat.
Pokok dan Dasar Motif Cirebon
1)
Pokok: Raga mini mirip dengan ragam
Pejajaran yang berbentuk cembung bercampur cekung(bulat dan krawing), merupakan
komposisi besar kecil yang berbuah dan berbunga.
2)
Angkup: Menelungkup pada bagian daun
pokok melingkari ragam pokok.
8.Motif Ragam Hias Pekalongan
Motif Pekalongan termasuk seni ukir
yang tidak kalah dengan motif yang lain dan mempunai corak tersendiri, juga
mempunyai bunga dan buah seperti bakung. Ukiran ini kurang dikenal, sebab tidak
dikembangkan atau tidak diperdagangkan penduduk setempat,hanya dipergunakan
untuk perhiasan rumah tangga. Karena Pekalongan terkenal dengan batiknya, maka
batik inilah yang dikembangkan oleh penduduk di kota tersebut.
Pokok
dan dasar Motif Hias Pekalongan
1.
Pokok : Dasar motif pekalongan
mirip PaDjajaran yang berbentuk cembung dan dan cekung.
2.
Angkup : tumbuh melingkari
ragam pokok dengan angkup yang bersusun.
3.
Benangan : berbentuk timbul
menghubungkan ulir yang satu dengan yang lain, sama dengan ragam mataram.
Pecahan, hanya terdapat pada lingkaran besar dan daun-daun.
9. Motif Ragam Hias Surakarta
Motif
Ragam hias Surakarta mengambil gubahan patrari dan ukel pakis yang sedang
menjalar dengan bebas, berbentuk cembung dan cekung, yang dilengkapi dengan
buah dan bunga. Hasil seni merupakan gaya pembawaan dan watak penciptaan
pengaruh alam sekitarnya.
Pada umumnya penduduk Surakarta gemar akan gerak irama yang bebas namun tetap memenuhi syarat komposisi Seolah-olah ada keseragaman hidup masyarakat Surakarta dengan aliran Bengawan Solo. Ragam hias ini masih banyak terdapat di sekitar keraton Solo, di Museum Radya Pustaka, dan di tebeng Langse Makam Pujangga Ronggo Warsito di desa Palar Klaten, diambil juga gubahan daun bakung dan kangkung.
Pada umumnya penduduk Surakarta gemar akan gerak irama yang bebas namun tetap memenuhi syarat komposisi Seolah-olah ada keseragaman hidup masyarakat Surakarta dengan aliran Bengawan Solo. Ragam hias ini masih banyak terdapat di sekitar keraton Solo, di Museum Radya Pustaka, dan di tebeng Langse Makam Pujangga Ronggo Warsito di desa Palar Klaten, diambil juga gubahan daun bakung dan kangkung.
Pokok dan dasar motif Surakarta:
1.
Pokok : dasar motif Surakarta
mirip motif campuran antara ragam hias Jepara dan Pekalongan yang berbentuk
cembung dan cekung serta runcing dan bulat.
2.
Angkup : digubah dari daun
pakis yang berbentuk sesuai dengan angkup ragam hias Bali.
3.
Benangan dan pecahan :
membentuk garis yang pada ujung melingkar.
10. Motif Ragam Hias Yogyakarta
Motif
Ragam hias Yogyakarta mengambil gubahan sulur-sulur yang berbentuk pilin
tegar.Sulur bunga sebetulnya akar gantung, melilit menyerupai tali yang
bergelombang.Pada jarak jarak yang tertentu ada buku- buku dari sinilah selalu
tumbuh keluar tangkai daun, yang berbentuk seperti pilin.
Pilin-pilin ini mengikal ke kanan dan kekiri berganti-ganti.Pada ujung tiap-tiap tangkai daun, ada buah dan bunganya.Daundaun yang menempel pada tangkainya, mengikal berlawanan arah.Penjelasan ini diberikan oleh Dr. Brandes.
Ragam hias tersebut banyak digunakan pada hiasan-hiasan alumunium, perak, emas dari barang-barang kerajinan yang dihasilkan oleh penduduk Yogyakarta misalnya : alat-alat sendok, asbak, cerana, gong, bejana kerangka atau sarung keris dan lain-lain.
Pilin-pilin ini mengikal ke kanan dan kekiri berganti-ganti.Pada ujung tiap-tiap tangkai daun, ada buah dan bunganya.Daundaun yang menempel pada tangkainya, mengikal berlawanan arah.Penjelasan ini diberikan oleh Dr. Brandes.
Ragam hias tersebut banyak digunakan pada hiasan-hiasan alumunium, perak, emas dari barang-barang kerajinan yang dihasilkan oleh penduduk Yogyakarta misalnya : alat-alat sendok, asbak, cerana, gong, bejana kerangka atau sarung keris dan lain-lain.
Pokok dan Dasar Motif Yogyakarta
1.
Pokok : diambil dari gubahan
sulur yang berbentuk pilin yang tegar, bertangkai bulat
2.
Daun : berbentuk mengikal
berlawanan, krawing, bulat yang mempunyai tepi membalik ke atas sebagian
sehingga tampak timbul.
3.
Pecahan : terdapat pada tangkai
dan daun
4.
Angkup : seringkali terdapat
pada tangkai sulur yang searah dengan tegarnya tangkai, yang merupakan daun
pula